KeizalinNews.com Rancaekek Bandung —siapa yang tidak mengenal kerupuk, makanan yang renyah serta gurih ini sering dibuat orang dengan menggunakan Aci dan ikan atau udang sebagai pelengkap rasa gurihnya.
Kerupuk selain buat camilan bisa juga dimakan sebagai tambahan lauk untuk makan nasi atau mie.
Kebanyakan kerupuk berbahan dasar tepung tapioka ditambah dengan ikan laut namun kerupuk ini di buat dari Aci dan semara rasa yang sudah dicampur dengan bumbu sebagai penyedap dan rasa dari kerupuk tersebut.
Lain halnya dengan kerupuk ikan laut, kerupuk iwak Haruan (ikan gabus-red) atau kerupuk lainnya seperti Kemalang, daerah lain, yang ini kerupuk berasal dari Bantar sari 10 ,bisa juga di olah di rumah untuk pribadi pembuatan kerupuk ini.Salah seorang pembuat kerupuk Ebong ini adalah Bapak Ebong yang asal aslinya dari Banjar dan sekarang pembuatan kerupuk Ebong yang beralamat di Kp.Bantar sari 10-Cangkuang-Rqncaekek-Bandung Jawa Barat. Dia sudah lebih dari 15 tahun membuat kerupuk yang berbahan Aci ini.
Dengan modal pribadi yang asal tempat nya dulu bekas salah satu Bus Budiman,dan sekarang di olah oleh Bapak Ebong sebagai produksi Kerupuk Aci,Di wilayah ini mempunyai Beberapa produksi kerupuk yaitu salah satunya kerupuk Ebong dan istrinya yang memiliki pegawai 3 orang,dengan di bagi-bagi pekerjaan nya masing-masing,satu orang pengolahan,satu orang untuk kukusan,satu orang lagi untuk memotong dan penjemuran kerupuk, setelah selesai di jemur lalu di goreng terus di pak dengan perpak isi 10 bungkus, dengan harga jual di pasaran Rp.6000.00/ pak.dan ada juga yang Rp.7000.00/pak.Dan menghabiskan Aci sebanyak 2 kuintal sehari dengan bungkusan hampir kurang lebih 15 ribu bungkus dalam sekali pembuatannya.
Meskipun masih secara tradisional kerupuk Bapak Ebong rasanya tidak kalah dengan kerupuk olahan pabrik lainnya.Selain rasanya yang renyah dan gurih,sudah kita ketahui sangat baik untuk pertumbuhan sel kita.
“Kendala yang sering kami hadapi adalah tersedianya Aci yang terkadang mahal harganya akibat kelangkaan pada bulan-bulan tertentu, akibatnya produksi kami berkurang,” ujarnya.Untuk mengatasi hal tersebut Bapak Ebong dan para pembuat kerupuk lainnya ini berlangganan dengan pemasok Aci yang rutin mengantar setiap bulannya.
Jadi kalau ada datang 100 kuintal maka akan kami bagi-bagi dengan kawan-kawan disekitar sini yang juga membuat kerupuk berbahan Aci ini,”tambahnya.
Untuk menjual hasil dari kerupuk buatannya ini selain menjual langsung di toko depan rumahnya, Ke warung-warung dan pasar-pasar dan juga yang berkeliling,Bapak Ebong juga sudah punya langganan di Pasar -Pasar lainya dari yang Deket sampai yang jauh dari tempat produksi kerupuk ini dan yang selalu rutin untuk pengambilan kerupuknya secara grosir.Dimasa pandemi ini, penjualan dan produksi kami menurun biasanya sampai 2 kali produksinya dalam sebulan bahkan lebih tetapi sekarang pesanan berkurang paling hanya 1 kali dalam sebulan, apalagi harga Aci naik dari perkilo gram nya,’’jelasnya.
Akan tetapi sewaktu musim penghujan sudah datang Bapak Ebong selalu khawatir untuk menjemur atau mengeringkan kerupuknya, karena belum mendapat mesin pengering dari Bantuan pemerintah diwilayah tempat tinggalnya.
Harga kerupuk eceran dijualnya hanya Rp 6000-7000,- perpak dan isi 10 bungkus selain itu ini hanya produksi sendiri.Dia berharap bisa memanfaatkan media online untuk menjual kerupuk olahannya tersebut, tetapi karena tidak bisa menggunakan tehnologinya maka penjualannya hanya menggunakan secara tradisional saja.“Alhamdulillah saya bisa menyekolahkan anak saya. Semoga setelah lulus sekolah nanti bisa mengembangkan usaha ini.
Ujang Hudan Supardan / red