Keizalinnews.com |Takengon- Acara Podcast (virtual) Bersama Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah Edi Kurniawan yang di pandu langsung Fikar W. Eda Wartawan senior di ruang Ketua Drpk Aceh Tengah, Jum’at 03 September 2021.
Ada Pembahasan Mengenai Geliat Pertanian, Kopi Gayo dan Pariwisata, Edi Kurniawan Sebagai Wakil Ketua I DPRK Tengah Menjelaskan, tentu saja kita harus melakukan Budidaya. Meningkatkan kapasitas petani. Menyediakan bibit, pengolahan hasil pertanian dan sebagainya. Untuk apa, untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur dan buah-buahan masyarakat. Sebab populasi manusia terus bertambah. Produksi pertanian harus ditingkatkan. Kebutuhan akan buah dan sayur terus meningkat baik di dalam daerah maupun luar daerah. Secara sederhana saja, Aceh Tengah ini adalah daerah tujuan wisata. Setiap akhir pekan, di masa sebelum pandemi Covid-19, Aceh Tengah dipadati oleh para pelancong. Mereka tentu butuh makan, minum, buah-buahan dan sebagainya. Mereka menginap di hotel, di homestay dan sebagainya. Sudah pasti membutuhkan pasokan bahan baku sayur, buah, beras dan sebagainya. Ini berimbas kepada petani. Mereka harus menyediakan seluruh kebutuhan tersebut. Jadi kedatangan para pelancong ke tanah Gayo membuat taruk jipang laku, terong agur laku, pokat laku, cabe laku, asam kuyun, asam jantar dan semuanya pasti dibutuhkan.
Nah alam gayo yang subur adalah tempat tumbuh bagi tanaman-tanaman itu semua. Tumbuh subur. Tinggal bagaimana semua tanaman ini diolah dengan baik. Kualitas produksi. Pemasarannya dilihat dan sebagainya. Inilah tugas pemerintah untuk menjaga keseimbangan produksi pertanian. Mungkin bisa dipetakan daerah-daerah yang menjadi areal sayur mayur, buah buahan dan sebagainya.
Sehingga tidak semua petani menanam satu jenis tanaman dalam waktu bersamaan. Saya kira perangkat pemerintah harus jeli mengamati soal ini. Pemerintah punya perangkat dan harus difungsikan dengan baik. Ada bidang pertanian, ada perdagangan, ada industri ada pariwisata dan sebagainya. Mereka harus selalu berdiskusi soal kebutuhan-kebutuhan baik produksi maupun pasokan. Apabaila terjadi kasus seperti itu, harus cepat tanggap dan dicarikan solusinya. Begitu juga dengan modal petani, juga harus dipikirkan, sehingga petani tidak terjerat pada praktek tengkulak atau “ringit berujung.”
Kami di lembaga legislatif ini bersedia diajak diskusi. Kita bahas dan bedah bersama. Lalu kita bekerja sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
Edi Kurniawan juga Mengatakan bahwa kopi gayo tidak cukup untuk memenuhi ekspor saja, sebetulnya lebih banyak lagi yang bisa dikembangkan dari kopi gayo. Umpama untuk komoditi pariwisata, komoditi kosmetika, komoditi medika, ilmu pengetahuan dan sebagainya, dan komoditi kreativitas tidak berbatas, seperti seni dan budaya. Jadi kita harus memikirkan dan menyiapkan hal ini. Sehingga nilai tambah kopi bisa lebih banyak lagi yang bisa kita peroleh. Imbuhnya.(Dio)