Menapaki Jalan Pulang( Refleksi Diri Dalam Dekapan Bulan Suci Ramadhan)

Menapaki Jalan Pulang( Refleksi Diri Dalam Dekapan Bulan Suci Ramadhan)

Keizalinnews.com|Takengon– Ramadhan merupakan salah satu bulan istimewa yang disiapkan Allah untuk para

hamba-Nya.

Bacaan Lainnya

Bulan Ramadhan selalu membentang selama 30 atau 29 hari lamanya, bulan Ramadhan hadir pada setiap tahun hitungan bulan Hijriyah.

Dalam ruang dan waktu selama bulan Ramadhan para hamba (manusia) beriman, rela dan bersuka cita menjalankan “syari’at Ramadhan” seperi berpuasa pada siang hari, melaksanakan
ibadah tarawih serta ibadah lainnya pada malam hari.

Berpuasa merupakan bagian lakon ritualitas, perintah dari sang Khalik kepada makhluk manusia sejak manusia tersebut hadir dan mengisi peradaban bumi.
(berpuasalah sebagaiamana manusia sebelum kamu berpuasa).

Bagi umat muslim
berpuasa wajib dilaksanakan dalam bulan Ramadhan.
Syari’at Ramadhan, sebagai akitivitas ‘ubudiyah yang terbaik, tentu sebagaimana telah
dituntun oleh Rasul Allah Muhammad Shallahi ‘alihi wa sallam, tuntunan tersebut
telah termuat dalam berbagai kitab hadits yang muktabar, secara khusus membahas
bab shiyam (puasa wajib atapun puasa sunat).

Serta diurai oleh para fuqaha dalam kitab-kitab fiqh, Ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam, dipahami sebagai ibadah siriyah (benar-
benar berpuasa yang tau pelakunya dan Allah berserta para malaikatnya). Dalam
sejumlah nukilan (hadits Qudsi) “puasa itu untuk KU (Allah ingatkan) maka Akulah
yang memberi ganjaran pahalanya”. Sekaitan ini maka manusia.

Berpuasa didorong untuk melakukan puasa yang terbaik, bukan hanya menahan hal-hal yang
membatalkan ibadah puasa, tetapi betul-betul mengedalikan diri untuk berfokus
kepada Allah Rabbul Alamin, (berupaya mentransformasi diri berpuasa awam
menjadi diri berupuasa khawash).
Orentasi berpuasa diiringi upaya transformasi yang demikian itu, diharapkan tepat
guna dalam memperkuat kualitas diri bertaqwa, karena ibadah puasa berproses
menuju peningkatan derajat diri dihadapan sang Khalik, disebakan ibadah puasa yang
mengantarkan diri pada kualitas tazkiyatun nafs, (mensucikan jiwa); Taqrrub ila
Allah,(selalu berupaya dekat kepada Allah); akhlaqul karimah, (berakhlak mulia); ilmu
yaqien-‘ainal yaqien, (kualitas keilmuan hakiki); dan sa’adah wal falah, (berbahagia
dan sejahtera baik dalam konteks duniawi maupun ukhrawi).
Upaya insani memerkuat kualitas sebagaimana disebutkan di atas, sangat diharapkan
dapat diperoleh melalui dekapan bulan suci Ramadhan (padanya ada nuzul Qur’an,
lailatul Qadar dan zakat fithrah). Karena pada hakekatnya dalam atmosfir kualitas
itulah setiap diri berharap (senandung do’a) menutup lembaran kehidupannya di dunia
fana ini (husnul khatimah).
Rentang kehidupan diri sampai saat ini (Ramadhan 1443 H), mungkin telah melewati
40 bahkan 60 kali bertemu dan menjalankan ibadah Ramadhan. Kesadaran kolektif
diri, dalam hitungan berapa puluh kalipun setiap diri telah bertemu bulan Ramadhan,
pada prinsifnya itulah hitungan usia diri menapaki jalan pulang, jalan pulang menuju sang Khalik.

Setiap diri berharap sang khalik menerimanya dalam kondisi jiwa yang
suci lagi tenang (muthmainnah), berbahagia karena disiapkan tempat mulia (syurga),
bersuka cita karena bertatap pandang dengan Dzat maha Kuasa. Semoga Allah
memberi kesempatan Ramadhan tahun depan mendekap setiap diri,
Penulis Rektor IAIN Takengon Dr.zulkarnain M Ag.(Dio)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *