Monumen PEDATI GEDE, Ingatkan Sejarah Mbah Kuwu Cerbon atau Pangeran Cakrabuana.
Cirebon Kota – Sejarah menjelaskan bahwa PEDATI GEDE adalah dulu konon katanya merupakan alat Transportasi pada jaman Kerajaan Cirebon saat itu, karena Cintanya terhadap Sejarah dan Budaya Cirebon. Hingga Pemerintah Kota Cirebon dalam hal ini Wali Kota Cirebon Drs. H. Nashrudin Azis mendirikan Monumen bersejarah yang dinamakan “Monumen PEDATI GEDE “.
Banyak manfaat yang dapat dinikmati warga Kota Cirebon atau diluar Cirebon yang hanya untuk beristirahat sejenak atau sekedar selfy poto poto, dengan adanya dan dibukanya Monumen PEDATI GEDE.
Begini kata Pelancong asal Kota Cirebon saat terekam kamera Wartawan terlihat sedang berpoto dibawah Monumen PEDATI GEDE, sehari setelah diresmikan. Sebut saja Om Obung. Bagaimana menurut Om Obung setelah berpoto dibawah ” Monumen Pedati Gede, ” Saya sebagai warga Kota Cirebon merasa Bangga dengan dibangunnya Monumen ini, disamping menjadi Obyek Wisata Monumen ini juga sebagai bukti Sejarah Kendaraan Transportasi pada zaman itu. Ujar Om Obung.
Namun menurut tutur sepuh yang disampaikan salah seorang Pemerhati Sejarah dan Budaya Cirebon Sdr Bambang Eko yang biasa dipanggil Ang Eko menceritakan bahwa, beberapa pupuh sepuh yg ada ” PEDATI GEDE “, dapat dikatakan menjadi salah satu bagian yg tak dapat terpisahkan dari keberadaan perjalanan sejarah Pangeran Walangsungsang atau disebut juga dgn nama lain (Pangeran Cakrabhumi, Pangeran Cakrabuana, Sri Mangana, Ki Somadullah, H.Abdullah Iman, Mbah Kuwu Cirebon ke II). Senin 12/12/2022.
Saat diperintahkan oleh salah satu gurunya yg juga sebagai mertuanya yaitu, Ki Gedheng Danuwarsih ayah dari Nyi Mas Endang Geulis, untuk membuka wilayah Kebon Pesisir (Tegal Alang Alang) menjadi sebuah Padukuhan yg kelak kemudian bernama menjadi Padukuhan Caruban (Campuran), Grage (Negara Gede).
Caruban Nagari dan sekarang dikenal dgn sebutan Cirebon. Dimana Kebon Pesisir (Tegal Alang Alang) saat itu disana telah menetap adik dari Ki Gedheng Danuwarsih yg bernama Ki Gedheng Danusela atau kelak kemudian dikenal pula dgn sebutan nama (Ki Gedheng Alang Alang, Ki Gedheng Pekalangan atau Mbah Kuwu Cirebon ke I).
Dari masa itu kemudian Pangeran Walangsungsang atau disebut juga Mbah Kuwu Cirebon ke II dgn menggunakan PEDATI GEDE yg ditarik oleh KEBO ANDANU (Kebo Bule) atau Kebo Dungkul pada kisaran tahun 1445 atau 1 Syuro Hijriah memulai perjalanannya untuk membuka wilayah Kebon Pesisir (Tegal Alang Alang) menjadi sebuah Padukuhan yg kelak bernama ” CARUBAN NAGARI “.
Selanjutnya cerita Ang Eko, Mbah Kuwu Cirebon sekaligus melakukan syi’ar Islam kepada masyarakat yg mendiami wilayah tersebut dan sekitarnya. Sedangkan dari pitutur sepuh yg berkembang kemudian menyebutkan bahwa, makna nilai nilai Filosofi yg terangkum dlm singkatan “PEDATI GEDE” mengandung banyak falsafah kehidupan.
Lebih lanjut ceritanya, untuk kita semua sebagai umat beragama yg harus tetap berpegang teguh kepada, (P)akarti, (E)ling, (D)ening, (A)geman, (T)inetepe, (I)man, sing GEDE, Semoga dgn telah diresmikannya monumen duplikat PEDATI GEDE di sekitaran eks pabrik rokok B.A.T Kota Cirebon kelak dapat dijadikan momentum dan memberikan kita semua pembelajaran dari sebuah makna yg “tersurat” dan “tersirat”,untuk dapat lebih menghayati,menghargai,menghormati satu dgn lainnya dan meneruskan cita cita serta keinginan para “leluhur”.
Cirebon yg semula bernama Caruban (Campuran) dari berbagai suku, ras, keyakinan dlm berketuhanan dan beragam strata sosial masyarakat, agar dapat mengejawantahkan jati diri kita sebagai “Wong Caruban” yg mengkedepankan sikap, laku lampah lan pangucap serta mempunyai jiwa adi luhung untuk dpt bersatu padu dlm membangun semua sisi kehidupan untuk mewujudkan CIREBON sebagai Kota Gemah Ripah Loh Jinawi,Tata Tentrem Kerta Raharja, Repeh Rapih, Rame Ing Gawe Sepi Ing Pamrih, Angadohna ning Peradu, Duweha Sifat Kang Wanti untuk membentuk masyarakat “MADANI”. Pungkas Bambang Eko pada Ceritanya didepan awak Media.